Selasa, 29 Oktober 2013

First Period in Wageningen University

Tidak terasa Period pertama sudah dilewati, dan tanpa ada break, langsung dilanjutkan untuk Period 2 (fiuhh...) Kali ini akan saya akan berbagi tentang sistem pendidikan khsususnya di WUR program MFT yang saya alami.

Sistem Pendidikan di WUR

Sistem di WUR aga berbeda dengan di Indo, khususnya di ITB (yang pernah dirasakan). Dan setelah bercerita2 dengan teman-teman di Universitas lain di Belanda, ternyata sistemnya juga agak berbeda dengan universitas kebanyakan.

Yang pertama, WUR menggunakan sistem period, bukan semester. Jadi dalam satu tahun, ada 12 period. Normalnya 1 period 2 bulan, tapi periode 3 dan periode 4 cuma sebulan. Nah tiap period itu, kita cuma boleh ambil 2 course saja. 1 Morning Course, dan 1 Afternoon Course, biar lebih fokus katanya. Dan nanti di period 3 dan period 4 cuma boleh ambil 1 course. Morning dan Afternoon sama (bosen-bosen dah tu setiap hari selama sebulan kuliahnya sama). Tiap Course (yang saya ambil) rata-rata 6 ECTS, jadi nanti setahunnya 60 ECTS.

Cuma, 2 Course, enak dong santai. Really..???
Sistem di sini tidak bisa membuat Anda santai. Kuliah bener-bener serius sejak pertemuan pertama.Yang namanya perkenalan cuma setengah sesi. Selanjutnya kuliah langsung intensif. Dan lagi, jadwal kuliahnya tidak seperti jadwal kuliah di Indo yang sehari mungkin ada yang cuma 2 jam saja dan kembali ke rumah... Jadwal di sini benar-benar bikn kita tidak bisa santai. Untuk period 1 kemarin, Morning course dari jam 8.30 sampai 12.15 dan afternoon course dari 13.30 sampai 17.15. Dan itu berlangsung SETIAP HARI saudara-saudara. Senin sampai Jumat, dengan Course yang sama. Bisa di bayangkan laju pemberian materi oleh dosennya sangat intensif. Dan kalo ketinggalan sedikit, bisa langsung wassalam.
Kesan waktu hari pertama, benar-benar shocking. Jadi di hari pertama kuliah, sudah langsung disajikan dengan 4 sesi morning course, dan practical di lab untuk Afternoon course. Berlangsung sampai 2 mnggu, kemudian berganti practical untuk morning course dan lectures untuk afternoon course. Belum lagi kalau materinya ga langsung ngerti, ditambah self study malam hari nya.

Assignment and Practical Work

Yang menarik, Assignment dan Practical work di sini kebanyakan adalah kerja group. Berhubung waktu kuliah di TK ITB sudah terbiasa dengan partnership untuk aneka tugas, jadi tidak terlalu mengejutkan. Dinamika kelompok sangat terasa. Berkelompok dengan yang rajin, dengan yang ga mau kumpul, tinggal kirim email, beraneka ragam. Yang berbeda, disini anggota kelompoknya dari berbagai kebangsaan. Nice.
Hal lain yang berbeda dengan practical work di sini yaitu practical work nya didesain untuk dikerjakan seluruh kelas. Jadi walau pun kita dibagi berdasarkan kelompok-kelompok kecil (2 ato 5 orang), hasil practical adalah hasil keseluruhan. Jadi, di akhir practical, hasil dari SELURUH kelompok dikumpulkan, dan diadakan diskusi bersama. Dan, laporan yang dibuat bukan hanya dari hasil kelompok kita saja, melainkan hasil dari seluruh kelompok dalam kelas itu.

Exam

Di WUR, exam diadakan pada minggu khusus 'exam week'. Dan sebelum itu, ada minggu kosong 'study week' dimana tidak ada kuliah dari dosen. Dan selama 2 minggu itu, terpaksa belajar mandiri demi mendapatkan hasil exam yang memuaskan.
Minggu kemarin merupakan exam pertama kali di WUR, deg-degan memang. Ada beberapa kesan menarik terhadap exam di sini.  
Pertama, untuk exam apa pun, student diperbolehkan menggunakan kamus. Kamus apa pun boleh, asalkan tidak menggunakan tablet atau smartphone. Tapi, menurut pendapat pribadi, keberadaan kamus tidak begitu berguna dan malahan bisa menghabiskan waktu. Karena waktu ujian sepertinya benar-benar di set pas-pasan untuk menjawab seluruh soal.  
Kedua, waktu ujian 3 jam (normal). Tapi biasanya dulu kalo ujian 3 jam kadang di jam kedua sudah selesai. Kali ini, 3 jam benar-benar full. Dan tangan rasanya tidak berhenti menulis. Alhasil setelah ujian tangannya kram. Waktu baru mulai dosennya membagikan 2 lembar dobel folio (berarti kebayang dong sebanyak apa jawaban yang harus ditulis). Tapi pada akhirnya 2 lembar dobel folio itu pun tidak cukup menampung seluruh jawaban.. wkwkwk...
Ketiga, sejauh pengamatan (walau pun ga begitu perhatiin karena fokus sama ujian sendiri), ga ada tu sradak sruduk ngeluarin contekan ato tanya sebelah. Dan kalau merasa tidak bisa, sepertinya mereka akan pasrah dan bersiap untuk reexam.
Keempat, karena ujiannya 3 jam. Jadi lumrah bagi mereka untuk mempersiapkan snack. (Khususnya Dutch student). Jadi ketika ujian mulai, selain kertas ujian, di meja mereka sudah tersedia 1 botol minum dan snack. Pengalaman ketika sedang sibuk menulis jawaban, terdengarlah bunyi 'krauk-krauk' dari kursi belakang. haha


well, begitulah sekilas kesan-kesan di period pertama. Sekarang sudah langsung dilanjutkan dengan course period 2

Rabu, 02 Oktober 2013

Batik Day

Kemarin, 2 Oktober 2013 merupakan Hari Batik (baru tahu dari temen juga si kalo itu hari Batik)
Sebagai peringatan, kami mengenakan batik di hari itu. Selain itu PPI Wageningen mengadakan sesi foto menggunakan batik. Tradisi ini bukan cuma di Wageningen saja, teman-teman di kota lainnya di Belanda pun melakukan hal yang sama.

Yang menarik, karena mengenakan batik yang sangat mentereng (*baca pink), di kelas temen2 pada nanya. Dengan bangga dijelaskan deh mengenai batik ^^

Seusai jam kuliah, kami berkumpul dan mengadakan sesi foto. Berlokasi di depan Forum building yang merupakan bangunan khasnya WUR. (logonya WUR sepertinya juga bentuk Forum Building)
Yang menarik adalah.... Saat ini temperatur ambient sudah di bawah 10 derajat. Jadi foto di luar tanpa jaket itu merupakan tantangan yang cukup dahsyat. (Sehabis foto langsung masuk angin). Lucunya, liat beberapa hasil foto teman2 PPI belanda di kota lainnya pun, ada yang tampak kedinginan.

Jadi, kami rela melawan dinginnya udara dan hembusan angin Belanda demi memeriahkan Hari Batik dan menunjukkan kepada teman2 akan Busana Batik Indonesia.

Thanks to fotografer koko William, hasil fotonya benar2 luar biasa... ^^




Sabtu, 24 Agustus 2013

Wageningen, in the Eye of First Comer

Wageningen - City of Life Science

Wow,.. awalnya ga tau apa-apa,.. ternyata,.. Wageningen adalah kota dimana Life Sciencenya paling wahid. Beraneka ragam bangsa datang kemari untuk mempelajari life science. And now I'm here.

Kotanya kecil,. diputerin naek sepeda juga ga sampe seharian habis sepertinya. Bangunan bertingkat hanya ada berupa apartemen, mostly student house dan juga gedung universitas. Sisanya ga ada.
Ga ada yang namanya mal, hanya ada toko-toko dan juga supermarket. Jadi terkadang kalau kita lagi mencari barang ya harus tau toko mana yang harus dituju. Toko-toko berpusat di city centrum, dengan gereja besar sebagai pusatnya.

Bersepeda keliling kota

Sepeda adalah alat transportasi utama di sini. Anyway, kebanyakan sepedanya kaya sepeda ontel gitu. Buat yang belom pernah bersepeda, pulang dari sini pasti udah expert. Selain itu, paha dan betis jadi kenceng karena tiap hari harus mengayuh sepeda.. haha..

Ga kaya di Indonesia, di sini sepeda ada jalan khusus juga rambu-rambu khusus. Jadi secara umum Jalan terbagi 3. Paling kanan untuk pejalan kaki, lalu untuk sepeda, dan di tengah-tengah untuk mobil. Kalo ga ada jalan sepeda, bisa aja si jalan di paling kanan.

Disini prioritas pengguna jalan adalah pejalan kaki, lalu sepeda, dan mobil. Jadi mobil harus ngalah sama sepeda, dan sepeda mengalah pada pejalan kaki. Di setiap persimpangan, ada lampu merah untuk Pejalan kaki, untuk sepeda, dan juga untuk mobil. In case ga ada rambu-rambunya, kita jalan aja. Pengalaman berkali-kali, selama kita ada di jalan yang benar, mobil sekenceng apa pun bakal berhenti untuk mempersilakan sepeda lewat

Berbelanja

Belanja merupakan kegiatan yang bakal sering dilakukan. Beli sayur, daging, makanan, atau pun perlengkapan rumah. Di sini, petugas toko sangat sedikit, bahkan mungkin ada yang hanya kasir saja. Yang aga unik disini adalah, kita harus bawa tas sendiri ya kalo mau belanja. Kalo mau si bisa beli di lokasi. Dan setelah discan oleh kasir itu barang-barang harus kita masukin sendiri. Terserah mau masukin ke mana. Ke tas, ke kantong baju, ato mau ditenteng terserah anda. Di sini ga ada yang bantuin masuk-masukin ke kantong plastik yang mereka sediakan.

Annual Introduction Days

AID merupakan program Introduction untuk international students. Isinya berupa pengenalan terhadap universitas, keliling2 kota, pengenalan asosiasi, ada juga pengenalan courses. Well, kalo di Indo mungkin seperti ospek kali ya. Tapi sangat berbeda. Disini tidak ada perpeloncoan. Selama 6 hari full dengan perkenalan. Pertama-tama kita bertemu dengan teman-teman kelompok yang berasal dari beraneka ragam bangsa. Ketika AID saya ketemu teman dari China, Belanda, Ceko, Itali, Vietnam, Equador, dengan mentor dari Peru dan Spanyol. They are amazing.

Setelah itu kita diajak muter-muter kota dengan program-program yang disediakan panitia. Sedemikian rupa sehingga pelosok2 kota dijelajahi. Dengan sepeda tentunya. Kita juga diperkenalkan dengan beraneka ragam asosiasi yang ada di Wageningen. Tapi kebanyakan Dutch association si, hoho. Selain itu, orang-orang di sini sangat suka berolah raga (namanya juga city of life science, orang-orangnya suka sehat kali ya). Beraneka ragam olah raga ada di sini. Mulai dari atletik, renang, basket, badminton, berkuda, sampai ada permainan bola yang aneh dan ga ada di Indonesia. Sesuatu yang disebut 'knotsball' dan 'korfball' kalo ga salah ya. Intinya di sini fasilitas olah raga mudah. Mahasiswa membayar 72 Euro setahun dan dapat menggunakan fasilitas olah raga apa pun (katanya ya, cos belom coba karena belom dapet student card juga)
 

Sabtu, 17 Agustus 2013

17-an ala PPI Wageningen

Kemarin 17 Agustus tahun 2013,..
Diadakan perayaan (kecil-kecilan si) ala PPI Wageningen.

Sebagai newbie,.. event ini juga ajang kenalan si. Karena baru dateng beberapa hari yang lalu dan belum sempat kenal banyak mahasiswa Indo yang di Wageningen.

Acara dilaksanakan di Room Number 3 Bornsesteeg. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Kemudian dilanjutkan dengan kenalan, Games-games, dan makan deh.. Ada sambel terasi yang jadi jawara di menu kali itu.. hoho..






AID Wageningen 2nd Day

River Activities

Hari kedua, kami melakukan aktivitas di pinggir sungai. (sungai Rijn kalo ga salah ya namanya). Diawali dengan brkumpul di city centrum sesama anggota kelompok dan kemudian bersepeda bersama menuju sungai. Di sana kita boleh main di sungai kalo mau. Ada juga Rowing, yang dimanage oleh salah satu asosiasi di sana.




Weird Assignments around the City

Setelah aktivitas di Sungai, kami mendapat beberapa assignment di sekeliling kota dan mendapatkan stamp untuk assignment yang dipenuhi. Tapi sepertinya hanya sedikit assignment yang kami ikuti haha..


Setelahnya saya skip AID dulu, karena ada perayaan 17-an dengan PPI Wageningen, See you in 3rd Day

AID Wageningen 1st Day

Kali ini edisinya pictures talk more 

Acquintance with new Friends

Hari pertama AID, Annual Introduction Days in Wageningen. AID adalah suatu Program pengenalan Wageningen untuk mahasiswa baru. Mahasiswa, khususnya international students, dari 3 lembaga pendidikan di Wageningen boleh join acara ini. Bachelor atau pun master.

Hari pertama, registrasi, dan kami pun mendapatkan AID wristband, dan tas berisi booklet dan program2 selama AID.

and Here's my Group, Number 155, Sorry friends if I misspelled your name
Teman-teman dari beraneka ragam kebangsaan, seru dan ramah-ramah...

Hari pertama ini, berkumpul, perkenalan dan full of games. Sebenernya ada banyak games yang bisa diikuti. Tapi games mana dan berapa banyak yang ingin diikuti ya tergantung kelompok masin-masing. Masing-masing games di manage oleh asosiasi2 yang ada di sana.






Malamnya, Opening ceremony oleh Major dan Rektor magnificat, dan juga party.




Jumat, 16 Agustus 2013

Sweet Arrival

Alhamdulillah sampai juga,... Badan cape kaki remuk, mau tidur tapi jam masi sore. Bagi yang mau tahu travel journalnya, keep reading ya...

Departure, Say good bye to family

Waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB saat itu. Ya, bertolaklah saya dari bekasi diiringi seluruh penghuni rumah. Ibu, kakak, adik yang lagi bekerja pun sampe pada pulang cepat. All my bags are packed,. Berangkatlah kami semua menuju Bandara siang itu. Sampai bandara sekitar 4.30 untuk flight jam 7.35. Always better wait than late. Sampai jumpa lagi keluargaku,.. will miss you so much..

 Acquintace wiht Friends, and a 17hours-or so-journey began

Akhirnya masuklah juga ke bagian dalam bandara. Bertemu teman seperjalanan di sana, Widya namanya, yang akan bersama-sama berjuang di Wageningen University. Sebuah airbus Garuda Indonesia telah siap membawa kami ke Amsterdam dengan singgah dahulu via Abu Dhabi. Untungnya pesawat tersebut cukup nyaman, sehingga perjalanan tidak terasa menyebalkan. Hanya saja pantat panas, kaki dan badan kaku, sudah tidak bisa terelakkan lagi.

Di pesawat tersebut, kami bertemu seorang gadis Indonesia. Terbang seorang diri, untuk backpacking ke beberapa kota di Eropa. Amsterdam, Brussels, Paris, kemudian lanjut dengan beberapa kota di Indonesia.. Waww... luar biasa anak itu.. perempuan seorang diri lo...

Schippol, and the real 'Journey' started 

Finally, Schippol Airport, Amsterdam. Alhamdulillah pesawat kami mendarat dengan selamat. Saat mendekati proses landing, tampaklah pemandangan kota Amsterdam (dan mungkin sekitarnya) dari pesawat. Wow,.. keren.. sayang kamera masi terpak rapi di ransel dan handphone masi mati di tas. 
Susunan kota tampak rapi. Jalan-jalan, rumah-rumah, pohon-pohon semuanya rapi. Peternakan-peternakan terlihat rapi. Hamparan hijau dimana-mana. Untuk sebuah peternakan sekotak besar, hanya ada satu rumah di sudut petak. Berlanjut dengan petak berikutnya. Rumah-rumah terlihat sejenis dan rapi. Tidak ada yang mencolok telalu bagus seperti istana, tidak ada juga yang kumuh. Bisa dibilang merata dan hampir tidak terlihat kesenjangan.

Di Airport, kami berjumpa dengan sesama mahasiswa baru juga dari Indonesia yang memang berangkat pada waktu yang sama. Hanya saja kami menggunakan maskapai penerbangan yang berbeda. Kami berkumpul, ada sekitar 13 orang saat itu. Saat itu pun, kami dijemput oleh 2 orang mahasiswa Indonesia anggota PPI yang berbaik hati mengantarkan dan menemani kami di hari pertama. Mba Meinneke dan mba Ilmi namanya. 



Setelah berkumpul semua, kami pun pergi ke counter pembelian tiket yang terletak di bawah bandara Schippol. Masing-masing membeli sebuah tiket sekali jalan menuju Ede-Wageningen seharga 16,4 euro, dan perjalanan dimulai kembali. Disini kami semuanya harus mandiri, barang bawaan yang berat-berat tersebut ya harus kami jaga sendiri. NO Porter here... jadi hanya saling membantu dalam kelompok kami ini saja. 

Kereta pun datang, tepat 9.30. Sekali pintu sudah tertutup, tak bisa dibuka kembali dan kereta langsung jalan. Akhirnya berlarian lah kami dengan segala koper bawaan masing-masing. Akhirnya kami pun naik pada gerbong yang terdekat saja. Agak terpisah dari rombongan besar, tapi itu lebih baik dari pada kami tertinggal di kereta. Kereta 2 tingkat yang nyaman. dan juga cepat.

Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah. Peternakan bertaburan. Hamparan hijau yang masi sangat asri. Terkadang ada juga perumahan yang rapi. Mobil-mobil yang hanya sedikit. Tidak ada macet seperti di jakarta. Penduduk juga sangat sepi di sini. Hampir beberapa stasiun yang kami lewati hanya ada 1-2 orang saja. Bahkan ada yang kosong. Ada yang tidak ada petugas yang berjaga. Akan tetapi, stasiun tersebut tetap beroperasi. Sepertinya penduduk sudah bisa tertib dan mandiri untuk menggunakan fasilitas umum, tidak perlu diawasi satu-satu oleh petugas.

"...volgende statioon ... Ede-Wageningen..." terdengar di pengeras suara. Hanya bagian itu yang dimengerti. Stasiun berikutnya Ede-Wageningen. Sisanya pengumuman bahasa Belanda dengan suara yang serak tertahan di leher yang tidak dimengerti. Kami pun bersiap dengan koper masing-masing. Sampai di stasiun kami pun bergerak menarik, mengangkat, mendorong, beraneka cara digunakan untuk memindahkan barang-barang kami menuju halte bus lijn 88. 

Akhirnya kami turun di halte Droevendalsesteeg dan memasuki area kampus Wageningen University. Dari halte, masih harus berjalan beberapa ratus meter menuju Forum building dimana kami akan melakukan registrasi, mengurus housing dll. Sampai di sana, dengan wajah berkeringat, muka lelah perjalanan, kami pun mendapat briefing singkat mengenai apa yang harus kami lakukan. Semua ada pos-posnya, jadi kami pun jelas harus ke mana dan melakukan apa.

Saat sedang mengisi form, tiba-tiba ada seseorang datang dengan kamera dan mikrofon. Sepertinya sedang melakukan dokumentasi untuk proses penerimaan mahasiswa baru ini. Dengan wajah berantakan tersebut, kenalah saya interview singkat oleh orang itu. Entah apa jadinya nanti videonya.

Menclok sana, menclok sini, counter-counter registrasi kami datangi. Kunci kamar didapat. dan akhirnya kami diantar menuju kamar kami. fiuuh... akhirnya bisa istirahat.

First Impression and Something New

Penduduk yang terlihat oleh saya sangat sedikit,  sampai berfikir mungkin yang memenuhi negeri belanda ini adalah pelajar-pelajar seperti kami, haha... Atau mungkin juga kebanyakan dari mereka sedang liburan entah kemana. Karena memang sekarang sedang musim Summer Holiday. Kita lihat saja di bulan-bulan berikutnya.

Lingkungan sangat asriiii... Pohon dimana-mana, namun tidak terlihat seperti hutan.

No Traffic jam... bye-bye jakarta macet...

Fietsen... ya, semua orang bersepeda disini, ada jalur khusus dan ada rambu-rambu tersendiri juga.. Can't wait to have a bike soon

Sampah harus dipilah dan masing-masing ada tempatnya... Kita jadi pemulung disini.. hehe


 Pagi hari sampah-sampahnya diangkut oleh truk kuning itu. Petugasnya pun tidak terlihat dekil sama sekali seperti petugas sampah di Jakarta

Masih banyak yang harus dinikmati dan dipelajari disini,.. see you for the next journal...

-hachiuz- 

 

Rabu, 31 Juli 2013

Nederland Here I Come

Setelah perjuangan berbulan-bulan (mungkin juga lebih setahun), persiapan-persiapan teknis di minggu-minggu terakhir, Alhamdulillah sekarang Visa dan tiket sudah di tangan.
Dalam waktu yang tersisa sebelum keberangkatan, saatnya untuk memperkuat mental, bersiap untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi. Semua shock-shock yang akan terjadi, Brain schock, culture shock, education shock, sleep cycle shock, weather shock, semuanya.

Bismillahirrahmanirrahim....

Study abroad, it's not a dream, it's a life to live

Bagi kebanyakan orang, juga bagi saya,.. Belajar di luar negeri adalah suatu mimpi yang ingin dicapai. Bukan meremehkan pendidikan yang ada di negeri kita tercinta ini ya.Tapi saya yakin, dengan berada di suatu tempat yang jauh dari rumah, dalam keadaan yang memaksa kita untuk keluar dari comfort zone, dan juga berbaur dengan budaya yang jauh lebih beragam dari yang kita temui sekarang, banyak hal yang bisa kita pelajari selain pendidikan formalnya itu sendiri. Setidaknya itu lah kesan saya terhadap teman-teman pendahulu saya...

Well, tapi kalau kita hanya berangan-angan saja tanpa tindakan, ya itu tetap akan menjadi mimpi belaka. So,.. kick your butt from your luxurious seat... Get up and make actions
Dari berbulan-bulan yang lalu (mungkin tahun, lupa tepatnya), mulailah hunting untuk program yang cocok. Pelajari apa yang menjadi prasyaratnya, dan kejar terus prasyaratnya supaya terpenuhi. Jujur, prasyarat yang paling saya takuti waktu itu adalah TOEFL score, hehe... Kisahnya seperti yang pernah diceritakan di artikel sebelumnya.

Aplikasi pun mulai dikirimkan. Satu, dua, tiga, empat, Sepertinya ada empat aplikasi yang telah saya coba. Selang beberapa Bulan balasan berdatangan, Accepted, accepted, accepted. Wah alhamdulillah aplikasi saya memenuhi kriterianya.

Persoalan muncul setelahnya,.. How to finance your study??? dilihat-lihat woow,. Study di Eropa plus living costnya mahalnyoooo... Lirik tabungan, boro2 cukup.. untuk hidup sebulan dua bulan saja bisa ngos-ngosan.

Beasiswa adalah pilihan paling menggiurkan yang diinginkan semua insan yang berniat studi di luar negeri. Tapi tentu saja untuk hal tersebut kompetisinya sangat ketat lebih ketat dari hotpants. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, mungkin lebih... Aplikasi dikirimkan..
Beberapa bulan kemudian,.. Satu, dua, tiga, empat, .... balasan datang..
Sorry, sorry, sorry, Penolakan demi penolakan memenuhi inbox email. Sudah hampir putus asa juga..

Namun ternyata Allah S.W.T masih memberikan jalan pada hambanya yang satu ini untuk mengejar mimpinya. Tak kusangka tak kuduga,.. secara tiba-tiba dari salah satu universitas yang sudah menerima saya mengirimkan email dan menawarkan beasiswa. Benar-benar tak disangka dan setelah proses seleksi internal mereka, akhirnya mereka memberikan beasiswa. Walau pun bukan beasiswa full seperti yang diidam-idamkan, tapi yang mereka berikan sangat besar, dan untuk kekurangannya ternyata masih cukup ketika lirik tabungan..

Intinya, manusia berusaha semaksimal mungkin dan berdoa, tetap Allah yang menentukan. Jika Allah berkehendak, bantuan akan muncul dari suatu yang tidak terduga-duga.

Dengan ini, akhirnya diputuskan, setidaknya selama 2 tahun ke depan saya akan meninggalkan negeri tercinta untuk menempuh ilmu di sebuah desa di Nederland. Mohon doanya juga untuk teman-teman semoga jalan yang sudah dibuka ini dapat dilalui sampai akhir, walau pun mungkin akan terjatuh-jatuh, terseok-seok di tengah perjalanannya.

Acknowledgement

Buat Ibuku dan keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan
Buat Dosen favorit Pak Ronny Purwadi yang okeh banget dan ga pernah bosen diminta rekomendasi berkali-kali walau pun banyak yang gagal
Buat ex Bos Bpk Yudha Herdyansyah yang ikut memberikan rekomendasi tanpa bosen walau pun juga banyak yang gagal
Teman-teman pendahulu yang sudah merasakan hiruk pikuk studi di negeri orang dan juga berbaik hati memberikan konsultasi gratis kepada temannya ini: Ferry Anggoro, Handika Prasetya, Ferdinand Romuli, Laura Sihaloho, dll
Semua teman-teman yang ikut mendoakan dan mendukung, yang mungkin banyak dan tak sempat disebut satu-satu 

Minggu, 21 Juli 2013

TOEFL iBT, Salah Satu Alternatif Uji Bahasa Inggris

Setelah beberapa teman bertanya-tanya, dan juga pada awalnya dulu saya juga bertanya-tanya pada teman-teman yang lain, dan juga dengan pengalaman saya ketika mengikuti tesnya, akhirnya diputuskan juga untuk ditulis ke dalam blog. Semoga teman-teman di luar sana yang memiliki tujuan yang sama bisa mengambil manfaatnya, atau pun ada yang punya pengalaman berbeda bisa ikut komentar. Enjoy my story ...

TOEFL iBT, salah satu alternatif untuk uji kemampuan Bahasa Inggris Anda

Teman-teman ada yang berniat untuk sekolah di luar negeri, atau bekerja di perusahaan multinational atau dengan lingkungan kerja berbahasa Inggris?
Sebagai negara dengan bahasa sehari-hari non-English, bisa dibilang kemampuan Bahasa Inggris penduduknya juga 'dipertanyakan'. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sertifikasi atau sejenis itu untuk menunjukkan kemampuan Bahasa Inggris seseorang. Ada beberapa lembaga yang mengeluarkan sertifikasi atau tes untuk hal ini. Ada IELTS, Cambridge, ato yang paling tenar di kalangan masyarakat Indonesia TOEFL dari ETS. Karena saya cuma pernah ikut tes TOEFL, jadi hanya akan bahas TOEFL, untuk IELTS ato Cambridge bisa dilihat di websitenya langsung ya,.. 

di Indonesia, kalo denger tes Bahasa Inggris, pasti deh ingetnya TOEFL, sudah begitu tenarnya TOEFL di Indonesia ternyata. Untuk TOEFL sendiri, sebenarnya ada beberapa tipe. Yang tenar di kalangan kita adalah TOEFL yang paper based (PBT) yang skornya sekitar 310 - 677. Selain itu ada lagi Computer Based Test (CBT) dan Internet Based Test (iBT). Saat ini yang sering dijadikan persyaratan adalah iBT (untuk TOEFL)

Apa bedanya iBT sama TOEFL yang sering kita dengar (PBT)

Dari nama sudah beda kan. Sesuai dengan namanya, sesi pada ujian paper based test semuanya tertulis. Peserta mengisi jawaban pada lembar jawaban tertulis yang disediakan. Sesuai namanya pula, iBT diselenggarakan online. Jadi peserta nanti akan berhadapan dengan komputer yang berkoneksi internet dan membaca atau mendengarkan soal, lalu menjawab pada komputer itu. Walau pun via internet, bukan berarti kita bisa tes dari rumah lo. Karena ada ketentuan tertentu pada persiapannya yang kita tidak bisa akses dari rumah.

Untuk PBT, Testnya terdiri dari 3 sesi
  1. Listening Comprehension yang terdiri dari 50 soal tertulis terkait short conversation/story
  2. Structure and Written Expression yang terdiri dari 40 soal tertulis mengenai grammar
  3. Reading Comprehension yang terdiri dari 50 soal tertulis terkait short text/article

Keseluruhan soal PBT adalah pilihan. Untuk Listening dan Reading kita hanya cukup memilih jawaban yang benar dari pertanyaan yang disebut. Untuk Structure kita harus memilih kata yang salah dari suatu kalimat

Untuk iBT, Testnya terdiri dari 4 sesi.
  1. Reading Section yang terdiri dari 3 atau 5 bagian masing-masing 13-14 pertanyaan
  2. Listening Section yang terdiri atas 3 atau 5 bagian dengn 1 bagian terdiri atas 1 conversation dan 2 Lectures masing-masing 5-6 pertanyaan
  3. Speaking Section yang terdiri atas 6 pertanyaan, 2 pertanyaan independent, 4 pertanyaan dependent
  4. Writing Section yang terdiri atas 2 pertanyaan, 1 independent essay, 1 dependent essay

Pada Reading dan Listening Section, pertanyaan berupa pilihan, sedangkan pada speaking dan writing tentu saja berupa respon kita terhadap pertanyaan.

Orang bilang iBT lebih sulit dari PBT, ada benar dan tidak juga si. tergantung kita menyikapinya. Namun sesulit apa pun, asal kita persiapkan dengan benar Insya Allah dapat dilalui. Terus baca sampai bawah ya, nanti saya share tips-tips saya tes iBT.
Pada PBT dan iBT sama-sama ada Reading dan Listening section, apa bedanya?
Text pada PBT cenderung lebih singkat. Article pada iBT bisa mencapai 2 hingga 3 kali jumlah kata pada PBT. Namun pada iBT kita diperbolehkan untuk membuat catatan (kertas disediakan, juga dikumpulkan kembali walau pun tidak dinilai) sedangkan pada PBT tidak boleh membuat catatan. Pada iBT juga ada glossary untuk beberapa kata yang dianggap tidak umum atau spesifik ke suatu bidang. Selain itu untuk pertanyaan yang merujuk ke kalimat atau paragraf tertentu, kita bisa baca ulang.
Untuk listening pun demikian. Pada PBT bagian awal, kita hanya mendengar sekitar 1 kalimat lalu diikuti pertanyaan. Untuk iBT kita bisa bayangkan saja keseluruhan teks pada sesi reading dibacakan. Atau kita mendengar cuplikan kuliah dari suatu topik. 1 percakapan atau lecture bisa mencapai 15 menit. Sekali lagi, pada iBT kita diperbolehkan membuat catatan ketika mendengarkan, kalau PBT tidak.
Untuk iBT pada sesi Reading dan Listening ada yang namanya short format dan long format. Kalau reading dapat short format berarti listening dapat long format dan sebaliknya. Short format hanya 3 bagian, sedangkan long format 5 bagian. Sebenarnya yang dinilai hanya 3 bagian, walau pun long format. Sisanya disimpan untuk kepentingan lebih lanjut (entah apa kepentingannya). Tapi kita tidak tahu bagian mana yang dinilai dan mana yang tidak, jadi semuanya harus dikerjakan sebaik-baiknya.

Tesnya Beda, Skornya beda juga dong...

Ya, tentu saja. Untuk PBT rentang nilai berkisar antara 310 - 677 (kalo ada yang bilang skor PBT nya 150 ato 200 berati itu bohong, hehe) Sedangkan untuk iBT skornya berkisar antara 0 - 120. Untuk masing-masing sesi maksimal 30. Untuk perbandingan kesetaraan skor antara PBT dan iBT, cek ke ETS aja ya biar lebih valid

Gimana Caranya kalau mau tes iBT 

Kembali lagi sesuai namanya, internet based. Jadi kita harus daftar online. Pertama-tama kita masuk dulu ke webnya ETS seksi TOEFL. Untuk yang baru pertama kali harus bikin account iBT dulu. Mudah kok, jangan dibikin sulit. Setelah ada account dan sign in, nanti kita bisa pilih register for a test, order for result, dll. Kalau kita pilih order for a test, nanti ada panduannya untuk mengisi formnya. Selain itu, kalau bingung bisa kontak juga ke representatif TOEFL di Indonesia

TOEFL iBT Resource Center in Indonesia

Address
International Test Center
Plaza Sentral lt. 17
Jalan Jendral Sudirman Kav. 47
Jakarta Pusat 12930
Phone
+6282123237788 (TOEFL iBT Hotline)
+62215711943
Fax
+6221 5711944
Website
www.itc-indonesia.com
Bisa datang langsung dan dibantu juga untuk pendaftarannya (walau pun akhirnya tetap bikin account secara online)
Untuk pembayaran umumnya menggunakan kartu kredit. Tarif sekali tes saat ini $175. Selain itu dikenakan charge jika ingin order skor lagi, reschedule, keterlambatan pendaftaran. Jadi persiapkan matang2 sebelum mendaftar. Chargenya mahal lo...
Sebagai alternatif jika tidak punya kartu kredit (seperti saya contohnya) bisa membeli voucher. Waktu itu saya hubungi Representatif di atas, dan ikuti prosedur untuk beli vouchernya. Vouchernya waktu itu Rp 1.700.000

Ketika mendaftar, kita dapat menentukan 4 recipient untuk hasilnya (selain hasil untuk kita sendiri). Untuk 4 recipient ini dikirimkan gratis. Jika kemudian hari kita ingin mengirimkan hasil ke institusi lain bisa saja, namun ada chargenya. Jadi supaya tidak rugi, tentukan lebih dulu ingin dikirim ke mana hasil tesnya ketika mendaftar.

Yang perlu diperhatikan lagi adalah Processing Timenya. Segala sesuatunya tidak bisa instan. Untuk registrasi, paling telat 2 minggu sebelum tes berlangsung. Kita bisa saja order tes dadakan jika masih ada tempat, namun ada biayanya, $35. Setelah tes, kita dapat melihat hasil secara online sekitar 10 hari setelah tanggal tes. Kita akan mendapat email notifikasi mengenai hal tersebut. Setelah hasil online keluar, baru ETS akan mengirimkan printed copy dari result kita. Perlu diingat lagi, ETS mengirimkannya via regular post dari US, jadi sampainya cukup lama ke Indonesia. Sebagai gambaran, berikut timeline saya waktu registrasi hingga dapat printed copy result
  1. Registrasi (mid Oktober)
  2. Test (10 November)
  3. Online Result (20 November)
  4. Printed Score dikirim oleh ETS (28 November)
  5. Printed Score diterima di rumah (Mid January)

Tips, Trik, dan Pengalaman

Kalau membaca paparan saya tadi, susah dan mahal ya iBT itu..?
Ya memang mahal, tapi dibutuhkan, oleh karena itu persiapannya harus matang, jadi sekali tes langsung tokcer dapat skor yang diinginkan. Bayangkan saja kalau harus tes ulang kita keluar dana lagi $175. Investasi untuk les atau beli buku yang cuma Rp 500 ribuan tidak akan rugi dibanding kita harus tes lagi. O ya, berbeda dengan ITP di PBT yang tidak boleh tes ulang dalam kurun waktu tertentu, untuk iBT tes bekali kali juga boleh (asal dananya cukup) karena sistem pembuat soalnya sudah cukup canggih sepertinya.

Belajar Belajar Belajar...

Ya, untuk mencapai hasil yang diinginkan sekali tes, kita harus belajar. Selain belajar, penting juga untuk membiasakan membaca artikel dalam bahasa inggris, juga mendengar percakapan via film atau siaran televisi berbahasa Inggris.
Untuk di kota-kota besar seperti Jakarta atau Bandung tentunya sudah banyak instusi yang menawarkan persiapan untuk iBT. Untuk efektifitasnya, saya tak bisa bilang karena tidak mengalaminya. Untuk yang di kota-kota kecil atau di luar jawa (seperti saya yang dulu berdomisili di Sukabumi) belajar mandiri adalah solusi satu-satunya. Jika ada teman yang memiliki tujuan sama akan sangat membantu.
Yang saya lakukan adalah belajar mandiri dari buku, internet, youtube, dan juga membiasakan diri nonton film dan juga baca artikel bahasa inggris. Ada beberapa buku yang saya rekomendasikan, setidaknya yang saya baca dan saya rasa bermanfaat. Saya tidak merekomendasikan buku-buku berbahasa Indonesia (Pengalaman saya setelah melihat isinya kurang begitu mendalam, selain itu bukunya berbahasa Inggris membuat kita jadi lebih terbiasa. Sekali lagi ini subjektif. Kalau ada yang menemukan buku lokal yang bermanfaat, silakan saja). Mari kita review buku-bukunya..

Barron's TOEFL iBT. Buku ini mungkin sudah diterbitkan beberapa edisi yang lebih baru dari yang saya punya. Isinya mengupas tiap seksi pada TOEFL iBT. Ada ulasan teori untuk kategori soal yang sering muncul, ada latihannya juga. Selain itu ada sekitar 7 model test beserta pembahasannya. Kalau beli yang edisi lengkap, ada 1 model test dengan komputer. Jadi tampilan seperti kita benar-benar tes iBT. Bahasa pengantarnya Bahasa Inggris. Cocok untuk latihan.

Barron's Essential Words for the TOEFL. Buku ini berguna untuk memperkaya vocabulary kita. Terutama untuk kata-kata yang sering muncul pada test TOEFL. Cukup berguna untuk kita yang vocabularynya masih sedikit. Pengalaman saya banyak kata yang ada di buku ini muncul pada tes.



Barron's Practice Excercises for the TOEFL. Buat yang masih merasa kurang dengan buku hijau besar di atas. Buku ini bisa menjadi tambahan. Isinya ada 1000 latihan untuk TOEFL, baik PBT atau pun iBT. Plus model test untuk PBT dan iBT.

Buku-buku di atas tergolong relatif mahal jika dibandingkan dengan buku-buku yang sering kita beli. Buku hijau di atas waktu itu saya beli sekitar Rp 300 ribuan. yang di tengah sekitar Rp 100 ribuan dan yang paling bawah sekitar Rp 200 ribuan. Memang mahal, tapi kalau kita bersungguh-sungguh dan mendapatkan manfaat dari buku-buku tersebut, investasi tersebut terasa jauh lebih murah dari pada kita harus mengulang tes lagi.
Tapi, kalau ada teman-teman yang mendapatkan referensi lebih baik, silakan ikut dishare juga ya...

Selain belajar dari buku-buku tersebut, saya mendapatkan rekomendasi suatu channel di you tube untuk speaking dan writing section.
Teman-teman bisa cek di link berikut.

Di video tersebut, pengajarnya menjelaskan dengan sistematis per nomer untuk sesi speaking dan writing. Setidaknya ajaran tersebut telah berhasil pada teman saya yang merekomendasikan, pada saya, dan pada teman saya lainnya yang saya rekomendasikan.

From Zero to Hero

Saya percaya bahwa setiap orang bisa sukses mencapai yang sesuatu yang diinginkan. Hanya saja usaha yang dikerahkan oleh setiap orang untuk mencapai hasil yang sama bisa berbeda. Saya menyadari, kemampuan Bahasa Inggris saya waktu itu sangat pas-pasan. Mungkin teman-teman saya mengenal saya pintar dalam akademik, tapi sejauh yang saya tahu juga, orang pintar kebanyakan memiliki kemampuan verbal yang agak kurang. Oleh karena itu, Mimpi saya untuk sekolah di luar negeri memiliki gunung penghalang yang cukup tinggi, yaitu kemampuan Bahasa Inggris, dalam hal ini skor TOEFL. Tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, hal itu bisa dicapai. Hanya usaha saya perlu lebih giat dibanding teman-teman yang memiliki kemampuan verbal yang baik.

Bisa dibayangkan, waktu kuliah saya mendapat skor TOEFL dibawah 450 dan ikut kelas Presentasi (kalau di ITB mahasiswa dengan TOEFL yang baik ikut kelas writing), dan alhamdulillah dengan kemauan teguh belajar mandiri pada akhir tahun lalu skor iBT 100 pun dapat terlewati

Sangat tidak mudah untuk belajar mandiri. Di Sukabumi mayoritas berbahasa Sunda, bahkan di pabrik pun demikian. Bahasa Inggris hanya yes or no. Mencari tempat untuk kursus yang memadai pun sangat sulit. Teman untuk sparing partner berbicara juga sulit. Ditambah godaan untuk jalan-jalan, nonton film, dan lainnya. Walau pun tertatih-tatih, selama berbulan-bulan belajar menghasilkan buah yang memuaskan. Ketika awal, selama 30 detik speaking section tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut saya. Namun alhamdulillah hasil tes menyatakan saya mendapat skor 27 untuk speaking.

Akhirnya

Sekali lagi, saya tidak bermaksud menggurui, sombong, atau sejenisnya. Tulisan ini hanya sharing pengalaman saya. Semoga dengan membaca ini teman-teman yang ingin ikut TOEFL mendapatkan gambaran. Teman-teman yang masih ragu-ragu menjadi mantap niatnya. Teman-teman yang merasa kurang kemampuannya menjadi termotivasi dan mulai belajar sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang diinginkan.
Sukses selalu buat teman-teman yang ingin tes TOEFL

-hachiuz- 



 

Sabtu, 20 Juli 2013

Preambule

Setelah melihat tulisan teman-teman
Sekaligus merasa saat ini sedang banyak waktu luang
Selain itu merasa juga bahwa berbagi itu indah
Akhirnya diputuskanlah juga untuk membuat sebuah blog

Semoga tidak hanya menjadi hasrat sesaat
Semoga teman-teman dapat mengambil hikmah dari apa yang saya share
Dan juga dapat memberi masukan atau nasehat dari apa yang telah terjadi pada saya
Intinya semoga tulisan-tulisan dan komentar-komentar ini nantinya bermanfaat bagi saya sendiri, dan juga bagi teman2 yang membacanya

Semoga juga saya dapat menjaga konsistensi untuk menulis

Selamat menikmati blog ini teman2

-hachiuz-